Kamis, 15 April 2010

Kerusuhan makam Mbah Priok

Kamis, 15 April 2010

Begitu banyak peristiwa luar biasa yang terjadi hampir setiap hari. Belum selesai masalah yang satu, sudah datang masalah lain. Hari Selasa pagi, 13 April terjadi Kerusuhan Koja, tetaptnya di depan makam Mbah Priok, Koja, Jakarta Utara, yang berlangsung sampai Rabu dinihari, masih terjadi pembakaran mobil satpol PP.

Kerusuhan itu dimulai jam 7.00 pagi yang disiarkan langsung oleh TVOne dan Metro TV sebagai acara khusus, Breaking News. Padahal dua hari yang lalu, Senin, 11 April, ada siaran breaking News mengenai ditangkapnya Susno Duadji, mantan Bareskrim Mabes Polri di Bandara Soekarn-Hatta, sedangkan Selasa kemarin ada siaran langsung mengenai kedatangan markus kelas kakap, Sjahril Djohan, dari Australia melalui Singapura.

Sungguh Negara yang berpendudduk terbesar ke-lima di dunia ini mempunyai masalah yang begitu banyak dan kompleks. Kita tidak tahu, apakah kejadian-kejadian ini benar-benar terjadi secara alamiah atau direkayasa? Masalahnya, sebagian orang berpendapat bhawa peristiwa-peristiwa ini hanyalah usaha Pemerintah untuk mengalihkan perhatian rakyat dari kasus Bank Century, yang merugikan keuangan Negara senilai Rp.6,7 triliuan itu.

Soalnya, dalam pengakuan Susno Duadji, sebenarnya masalah aliran dana Bank Century ini sudah terjadi saat Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, yang akhirnya dimenangkan oleh SBY dan Boediono itu. Dan bila kasus itu diungkap saat itu, maka akan terjadi kehebohan luar biasa, yang dapat mengacaukan bahkan menggagalkan Pemilu Presiden-Wapresiden. Sampai saat ini pun kasus Bank Century belum ada kemajuan samasekali, padahal keputusan siding paripurna DPR menyatakan bahwa kucuran dana Rp.6,7 triliun itu ada masalah, dan meminta agar Wapres Boediona dan Menkeu Sri Mulyani mengundurkan diri.

Permasalah Makam Mbah Priok

Makam Hasan M Hadad atau Mbah Priok, seoarng ulama besar yang menyebarkan islam di daerah Jakarta Utara, yang saat ini, makamnya dianggap keramat (bagi yang percaya), sehingga banyak orrang yang berziarah dan mengadakan pengajian dan doa secara rutin di lokasi tersebut.

Bentrokan ini dipicu oleh rencana eksekusi yang dilakuan oleh petugas satpol PP Jakarta Utara yang dibantu oleh polisi, terhadap tanah makam Mbah Priok, karena PT Pelindo telah memenangkan sengketa tanah pemakaman tersebut di Pengadilan.

Bentrokan Berdarah


Sambil mengetik artikel tentang Susno Duadji, penulis menyaksikan terjadinya “pertarungan” antara para petugas Satpol PP Pemda Jakarta Utara dengan warga masyarakat, yang terdiri dari sebagian besar anak remaja. Di pagi hari, masyarakat belum begitu banyak, dan tampaknya petugas Satpol PP akan dengan mudah dan cepat melakukan eksekusi tanah makam tersebut. Sebagian besar warga terdesak masuk ke dalam kompleks pemakaman.

Warga yang sebagian besar terdiri dari pemuda bahkan pelajar ini, tampaknya sudah menyiapkan berbagai macam senjata tajam termasuk bom Molotove, melempari para petugas Satpol PP yang dilindungi dengan alat pelindung. Masayarakat melempari mereka dengan kayu dan batu, sehingga Satpol PP mulai terpancing, dan balik menyerang. Terjadilah saling serang yang menyebaknan banyak yang luka-luka dari kedua belah pihak. Bentrokan fisik sempat berhenti saat shalat Zuhur dan makan siang. Rupanya kedua-belah pihak kelelahan dan kehausan, dan mudah-mudahan juga tidak lupa shalat Zuhur.


Makin Berdarah dan Makin Anarkis


Semakin lama warga yang datang semakin banyak, tidak hanya dari daerah Koja, tapi dari seluruh wilayah Jakarta bahkan mungkin dari luar Jakarta. Dilaporkan oleh wartawan MetroTV, bahwa yang datang termasuk dari Front Pembela Islam (FPI), yang dikenal suka melakukan kekerasan itu.

Dengan semakin banyaknya warga masyarakat, dan mungkin mereka dimanipulasi dengan teriakan-teriakan “Allahu Akbar” dan salawat Badar, maka pertarungan itu semakin hebat dan brutal. Tidak kurang dari Wakil Gubernur DKI, Parjitano, ikut meminta agar keberutalan itu dapat dihentikan. Dari Komaas Ham juga mencoba untuk memenangkan kedua-belah pihak.

Karena warga semakin lama semakin banyak, sedangkan petugas Satpol PP tidak bertambah, akhirnya petugas tersebut terdesak. Beberapa orang diantaranya, tampak jatuh terjerembab, dan langsung dipukuli dan diinjak-injak oleh anak-anak muda dengan sadis, yang beberapa di antaranya memakai kopiah putih (kpiah haji).

Hal ini sungguh menyedihkan, karena akan menambah buruk citra Islam, yang sudah rusak karena kasus-kasus teroris. Begitulah bila syaitan sudah bermain, tidak ada lagi akal sehat. Tidak ada lagi peri-kemanusiaan. Tidak ada lagi kelembutan Islam, padahal Islam adalah agama yang rachmatan lil alamin.

Dapat dipastikan bahwa pemandangan seperti, akan disiarkan oleh banyak TV di seluruh dunia, terutama yang dikuasai oleh media Yahudi untuk menjelek-jelekkan Islam. Yang lebih memalukan lagi adalah mereka melakukan penjarahan, disamping melalkukan pembakaran kendaraan baik mobil polisi maupun Satpol PP.

Provokator

Menurut Polda Metro Jaya, terjadinya kerusuhan Koja yang memakan seoarang korban tewas, dan lebih dari 140 orang luka-luka, karena ada provokator. Hal ini tidak aneh, karena di tengah kehidupan yang semakin sulit ini, warga masyarakat sangat mudah diprovokasi. Apalagi bila dikaitkan dengan faktor fanatisme Agama, dimana yang diisukan akan digusur adalah makam Mbah Priok, padahal tidak. Hanya sebagian lahan yang akan digunakan untuk pembuatan jalan tol, demi kelancaran keluar-masuknya truk-truk kontainer peti kemas.


Jumlah Korban dan Kerugian

Berdasarkan laporan TVOne yang menyiarkan langsung sampai jam 01.00 dinihari, ada 134 korban pada kedua belah pihak, dua di antaranya dalam keadan kritis, yang harus dirawat di RSCM, sedangkan yang lainnya dirawat di RS terdekat, RS Koja, yang merawat 130 korban. RS ini menggratiskan biaya perawatan terhadap seluruh korban. Sebagian korban juga dirawat di RS Tarakan. Semua biaya ditanggung Pemerintah. Menurut TVOne melalui teks berjalan jam 23.30 Selasa malam, ditemukan seorang petugas Satpol PP yang diketemukan tewas, yang bernama W.Supono

Disamping korban manusia, kerugian materi adalah dibakarnya 46 mobil polisi dan mobil Satpol PP, yang diperkirakan ratusan juta rupiah. Bila dihitung kerugian karena terhambatnya kegiatan ekspor impor di pelabuhan Peti Kemas itu, maka kerugian diperkirakan mencapai ratusan miliar rupiah.

Dapat Perhatian dari Presiden SBY

Kerusuhan Koja mendapat perhatian cukup besar dari Presiden SBY dan menginstruksikan Polri agar kejadain tersebut tidak terulang lagi. SBY juga menyatakan bahwa peristiwa berdarah di Koja itu seharusnya dapat dicegah. SBY juga meminta agar Gubernur DKI dapat mencari jalan keluar masalah Koja tersebut. Presiden juga menyatakan belasungkawa atas meninggalnya seorang Satgas PP.

Berdasarakan laporan dari TVOne., Menteri Dalam negeri, Menteri Politik Hukum dan Keamanan dan Kapolri berkunjung ke RSUD Koja sekitar jam 23,30 untuk mengunjungi para korban yang dirawat disana.

Sampai Tengah Malam


Laporan TVOne secara langsung menyatakan bahwa aksi anarkis masih terjadi. Enam buah mobil Satpol PP yang diparkir di RS Koja, dipaksa ditarik keluar, dan dibakar di jalan raya. Tampak api yang sedang menyala hebat, padahal Polda Metro Jaya telah menyiapkan 400 personil Polri, namun tidak tampak di layer TV.

Sampai jam 02.00 Rabu diniharai di daerah tempat terjadinya kerusuhan Koja, masih mencekam. Kedatangan Kapolri dan Menteri jam 23.30, bukan menenangkan masa, malah memicu kembali aksi anarkis. Terpaksa pagar RS Koja ditutup untuk mencegah serbuan masa

Cermin Ketidak-Puasan Terhadap Pemerintah

Terjadinya insiden Tanjung Priok berdarah yang banyak memakan korban ini, menurut Penulis, bukan sekedar masalah makam, tetapi merupakan cerminan rasa kekecewaan masyarakat terhadap Pemerintah. Lihat saja, bagaimana semena-menanya Pemerintah daerah melakukan penggusuran terhadap rakyat kecil. Sebelumnya juga ada penggusuran di Kota Tangerang dan beberapa kota lainnya.

Kekecewaan masyarakat terhadap Pemerintah juga dipicu oleh banyaknya ketimpangan-ketimpangan sosial di negeri ini. Di satu pihak banyak rakyat yang miskin dan kelaparan, tanpa pekerjaan, sementara di pihak lain rakyat menyaksikan betapa para koruptor yang bergelimang uang sampai puluhan bahkan ratusan miliar rupiah di layar televisi, Sebut saja kasus Gayus, Bahasyim dan Sjahriil Djohan yang mendominasi pemberitaan media masa akhir-akhir ini.

Kekecewaan masayarakt ini semakin memuncak bila melihat ketidak-berpihakan pemerintah terhadap rakyat kecil, anatra lain kenaikan harga pupuk, kenaiakan tariff dasar listrik (TDL), dan lain sebagainya secara sepihak, tanpa mempertimbangkan kesulitan rakyat.

Ada satu factor lagi yang mungkin tidak terpikirkan oleh Pemerintah, yaitu adanya efek psikologis “Peristiwa Tanjung Priok” beberapa tahun yang lalu di zaman Pemerintahan Soeharto yang banyak menewaskan orang-orang Islam yang ditembaki oleh Abai waktu itu. Wallahu alam. Hanya Allah yang tahu.

Pikiran ini terlintas begitu saja saat mengetik artikel ini yang baru selesai Rabu dinihari jam 01.00. Sampai jam tersebut Siaran langsung TVOne, menunjukkan bahwa masih terjadi pembakaran mobil-mobil Pemerintah (Satpol PP) yang berplat merah yang ditarik secara paksa yang diparkir di RS Koja, Jakarta Utara.

Kita berharap agar masalah-masalah seperti ini tidak terulang lagi, dan Pemrintah Daerah di manapun, dapat bertindak lebih arif sesuai dengan himbauan Persiden SBY melalui siaran TV. Semoga


Related Posts



0 komentar:

Posting Komentar